Jalan Jalan Memutari Gunung Lawu

Berawal dari sebuah angan-angan untuk mengisi libur panjang idulfitri tahun ini, kuputuskan untuk menjelajah rute panjang Malang-Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Madiun-Magetan-Cemoro Sewu-Karanganyar yang konon menantang skill dan adrenalin para adventurer dengan jalurnya yang sempit, terjal, curam dan penuh kelokan yang berbahaya di lereng Gunung Lawu. sekaligus ingin mencicipi pesona wisata Telaga Sarangan dan Air Terjun Tawangmangu.


Sebenarnya angan-angan ini sudah lama kupendam dalam hati. Apalagi setelah membaca testimoni dan kesan-kesan para pendahulu yang pernah mencumbui indahnya pesona lereng lawu, membuat hati ini menggebu-gebu dan tidak sabar lagi untuk mengulanginya. Karena ini adalah kali kedua aku menapaki lereng lawu, tepatnya hampir satu dekade yang lalu. Tentunya segalanya sudah berbeda dan tidak seperti dulu.


Perjalanan ini kuawali dari pinggiran kota malang jawa timur, setelah menunggu tengah malam, akhirnya perjalanan kumulai. Menyusuri jalur Malang-Blitar-Ponorogo-Madiun-Magetan, sengaja aku memulai perjalanan tengah malam agar sampai kota magetan pagi2 dan aku akan sempatkan shalat shubuh dan sarapan pagi disana. Jalan raya nan mulus berkelok-kelok seirama kontur alam pegunungan yang menjadi tema perjalananku hari ini melewati bendungan karangkates, blitar, tulungagung, kota trenggalek kemudian belok kanan kearah ponorogo, Madiun dan Magetan


Setelah menempuh 6 jam perjalanan darat akhirnya terpampang gapura selamat datang di magetan, tepat pukul 6 pagi kemudian akupun mencari spbu sebagai titik istirahat yang aman, lalu menggugurkan kewajiban dan mandi di toilet spbu ini perjalanan pun dilanjutkan kembali mencari sarapan. Ketika lewat depan terminal magetan, akupun membeli semangkok soto lamongan hangat sebagai pengganjal perut karena sedari malang tadi tubuhku kosong belum terisi apapun.


Setelah dua jam lebih perjalanan, tampaklah papan nama besar bertuliskan "Telaga Sarangan" Tepat Pukul 09.15, tibalah aku di komplek wisata yang berjarak sekitar 17 km dari Kota Magetan ini. Setelah membayar tiket yang per orangnya dibanderol sebesar Rp5.000,00, tampak sebuah telaga nan hijau yang melimpah ruah. Hmm...inilah ternyata yang dimaksud Telaga yang populer sebagai tempat syuting video klip dara ayu mbak saraswati dengan lagunya yang sangat legendaris dan dinyanyikan oleh seluruh OM dan artis2 beken semcam Via Vallen, Nella Kharisma yaitu "Tangise Sarangan" yaps inilah yang tak lain dan bukan setting tempatnya adalah di Telaga Sarangan ini.



pesona-telaga-sarangan
Telaga Sarangan



Situasi telaga cukup ramai oleh pengunjung yang menghabiskan liburan panjang di telaga yang terletak di tengah perbukitan sidoramping. Padahal niat hati ingin merasakan telaga yang agak2 sepi tapi karena liburan panjang jadi membludak begini. Area parkir tampak penuh sesak oleh sejumlah besar kendaraan pengunjung. Ratusan keluarga dengan membawa turut serta anak2 dan perbekalan tampak bercengkrama, nongkrong, berlesehan, dan bersenda gurau di tepian telaga menikmati pesona air telaga yang bersumber dari Air Terjun Tirtosari.


Puluhan calo hotel dan losmen dengan agresif menawarkan kamar bagi pengunjung yang baru saja tiba bilamana membutuhkan tempat untuk menginap. Tak kalah juga para penyewa kuda dan speedboat menawarkan jasanya kepada para pengunjung untuk berkeliling rawa dengan objek jualannya. Para tukang foto pun tak bosan-bosannya merayu pengunjung untuk mengabadikan momen indah berwisata di telaga yang berluas 30 hektar dan berkedalaman 28 meter ini. Ratusan pedagang cinderamata, sayur-sayuran, buah-buahan pun turut mengadu nasib, menjejai setiap lorong jalan menggelar lapak jualan, bertaruh siapa tahu liburan kali ini membawa berkah dengan memberi sedikit keuntungan kepada mereka.


Segera kuparkir kendaraanku untuk menikmati riuhnya ombak telaga oleh sibakan lambung speedboat yang disewa pengunjung untuk menikmati melimpahnya air telaga, yang sebagian besar dimanfaatkan untuk irigasi areal sawah di sekitarnya. Tampak pulau putri di tengah telaga nan rimbun oleh vegetasi hutan, yang di dalamnya terdapat punden sebagai tempat sesaji dalam acara larung tahunan yang diselenggarakan tiap jumat pon di bulan ruwah. Terlihat pula anak-anak dan orang tuanya dengan dipandu "pawang kuda" menunggang kendaraan hidup ini mengitari telaga, menjadikan liburan di telaga ini akan berkesan baginya. Sebuah dinamika kehidupan di siang nan cerah di lereng lawu, di ketinggian 1267 mdpl.


Segera terpikir olehku untuk mencicipi kuliner khas sarangan, yaitu sate kelinci. Kebetulan di dekat tempat parkir ada tukang sate kelinci lesehan, karena memang banyak tukang sate kelinci bertebaran di pinggir telaga, baik yang berjualan keliling maupun menetap. Kupesan 1 porsi sate kelinci dan 1 porsi sate ayam. Tidak perlu menunggu lama, menu sate kelinci pun terhidang. Setelah kucicipi, wih rasanya endes tenan dengan tekstur daging yang lembut, disiram bumbu kacang yang manis, dengan irisan bawang merah dan cabe kuning sebagai pelengkapnya, terasa citarasa khas dari daerah sarangan. Sebelum beranjak pulang, tak lupa aku berbelanja cinderamata berupa kaos bertuliskan "Telaga Sarangan" Carang,brem dll. Ya itung-itung wisata alam sekaligus wisata belanja.



pasar-oleh-oleh-khas-telaga-sarangan
Suasana Pasar dadakan di tepi telaga sarangan



Selepas pintu keluar dari telaga sarangan, aku langsung dihadapkan dengan tanjakan curam nan panjang hampir 45 derajat. Jalanan yang lebar hingga pintu masuk area Telaga Sarangan, langsung menyempit, penuh kelokan tajam dan mesti ekstra hati-hati dengan efek blind spot. Pesona alam semakin indah di sepanjang jalan ini. Hutan pinus dan cemara, jurang-jurang terjal yang dalam, kabut, jalan berkelok-kelok naik turun, dan puncak lawu yang gagah menjulang adalah pemandangan abadi di jalur Sarangan sampai Cemorosewu.

Motor Matic ku pun meraung-raung, hanya bisa aku gas setengah, dan sudah pasti akan membuat boros bahan bakar. Dibutuhkan keterampilan pengemudi dan kendaraan yang memadai untuk menaklukan jalur ini. Jangan lengah sedetikpun apalagi mengantuk dan sembrono membawa kendaraan. Beratnya medan membuat sebuah bis dan mobil kijang terkapar di tanjakan karena overheat. Sebenarnya agak beresiko juga membawa sepeda motor matic seperti ini, tapi karena aku sudah paham karakter sepedaku maka ya lanjut sajalah, hehe

Di ketinggian sekitar 1600 mdpl ini aku serasa di puncak ketinggian alam raya. Tampak Kota karanganyar di sisi barat yang terlihat kecil di luasnya hamparan pulau jawa. Di areal perbukitan terlihat ladang sayuran, mulai dari selada, kubis, kol, sawi dan wortel yang dibudidayakan oleh petani gunung, yang tampak menunggu untuk dipanen. Antena pemancar TVRI terlihat menjulang di antara hamparan bukit, sebagai penanda titik balik pendakian dari puncak menuju cemorosewu, Menghadap ke atas sisi utara, puncak lawu terasa so close so real, seolah tinggal beberapa langkah lagi untuk menggapainya.

Padahal menurut para pendaki gunung, masih dibutuhkan setidaknya waktu enam jam pendakian dari cemorosewu. Batuan gunung hasil lelehan magma yang membeku begitu jelas menandakan bahwa gunung lawu pernah aktif berpijar. Kabut pekat yang bergerak dan berlari naik turun nyata begitu dekat, seolah bermain-main di depan pandangan kita. Rombongan para pendaki gunung dan pecinta alam dengan carrier yang sarat perbekalan tampak bernafsu untuk meraih puncak lawu yang konon katanya waktu jaman baheula adalah kawah candra dimuka bagi jawara dan pendekar di pulau jawa untuk menggodok ilmu dan olah kanuragan. Sebuah lukisan alam eksotik tanpa campur tangan manusia, yang tak kalah indahnya dengan telaga sarangan.

Perjalanan kulanjutkan ke air terjun tawangmangu, yang berjarak sekitar 12 km dari cemorosewu. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku ke tawangmangu, setidaknya sudah puluhan kali aku kesini, tawangmangu kupilih sebagai tempat pelarian dikala penat oleh aktivitas pekerjaan, padahal dahulu aku tinggal di bilangan Jakarta. Hobiku naik bis membuat dengan mudahnya aku meluangkan waktu weekend untuk berkunjung kesini, pulang kerja jumat sore tenggo menuju shelter bis soloan sampe tengah malem di solo shubuh lanjut tawangmangu sabtu sore balik lagi ke solo bablas jakarta dan sampe jakarta pagi hari setelah ada tol malah dini hari. apalagi sekarang salah satu operator bus malam sebut saja Sudiro Tungga jaya membuat gebrakan dengan membabat alas membuka rute Jakarta - Magetan dan Jakarta - Ponorogo Via Tawangmangu jadi untuk kesini gausah oper-oper bus lagi.


Setelah membayar tiket sebesar Rp10.000,00 per orang, kami langsung disambut puluhan ekor monyet yang hidup bebas dan terawat di komplek air terjun yang dipangku oleh pemkab Karanganyar ini. Kawanan monyet tampak asik berlalu-lalang di tengah pengunjung dan tak ketinggalan, para pengunjung "berbagi kasih" dengannya dengan memberikan makanan yang dipunyainya, mencoba menjadi sahabat sesaat bagi monyet-monyet liar ini. Sebuah sinergi indah antara manusia, alam dan margasatwa.



fauna-di-air-terjun-tawangmangu
Monyet penduduk asli air terjun tawangmangu




Area air terjun alami ini terletak kurang lebih 500 m dari loket masuk dan ada tulisan anda akan menuruni 116 anak tangga. yah memang untuk menuju air terjun tawangmangu ini kita mesti menuruni tebing terjal yang telah dibuatkan jalan berundak. Setelah menuruni jalan berbatu sampailah di lokasi air terjun. Butir-butir tetesan air jatuh menderu dari derasnya aliran air di ketinggian 81 , membuih di dasar sungai di antara bebatuan solid sebesar badan gajah di tengah rimbunnya pohon-pohon besar seperti beringin, bendo dan cemara yang berumur ratusan tahun, memberi warna corak tersendiri bagi objek wisata ini.

Banyak pengunjung bermain-main dibawah air terjun, berbasah-basah ria menikmati segar dan dinginnya air pegunungan. Inilah daya tarik dan nilai jual objek wisata yang kerap disebut Grojogan Sewu ini.



Grojogan-sewu-karanganyar
Grojogan Sewu dari bawah jembatan



Setelah aku puas berfoto dan menikmati kesegaran air terjun, pukul empat sore di titik terakhir tawangmangu akhirnya perjalanan mengitari gunung lawu kuakhiri, untuk segera melanjutkan perjalanan pulang ke kotaku tercinta, Malang. dan tentu bukan jalur lewat cemorosewu yang kupilih untuk perjalanan pulang, tapi memutar lewat jalur tengah Solo-Sragen-Ngawi-Caruban. Resiko bila aku paksa putarbalik di jalur yang sama apalagi aku memakai sepeda motor matic. Yang jelas Gunung lawu dan Pesona alam di sekitarnya sangat memikat, cocok buat anda yang ingin melepas penat setelah seminggu beraktivitas. Semoga kepengen.


-sekian-



Comments

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif :
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    ReplyDelete
  2. ION^Q^Q menghadirkan permainan paling menarik
    Anda bisa menikmati permainan Poker & Domino bersama kami
    Untuk info lebih lanjut Add whatsapp: +85515373217

    ReplyDelete

Post a Comment